Sampah Pikiran

Setiap kita pasti memiliki pikiran dan pikiran itu ibarat “Rumah Besar” yang indah, bersih nan harum dan untuk menjaga agar rumah itu tetap bersih, nyaman dan harum maka tentunya harus dirawat dibersihkan rumah itu beserta isinya sehingga membuat penghuni nyaman untuk tinggal di rumah.

Lalu, coba bayangkan dan rasakan apa yang terjadi ketika rumah itu tidak dibersihkan dan dirawat selama 1 bulan?
Sedangkan kita terus beraktifitas didalam rumah itu setiap harinya mulai dari makan, minum, mandi, tidur dan hal lainnya, maka sudah tentu rumah itu akan kotor dan tidak harum lagi, piring-piring berantakan tidak tercuci, debu tebal menempel dimana-mana, air dipenuhi jentik dan berbau, makanan basi tidak tidak terurus dan akhirnya semua menjadi sampah yang bertumpuk dan tentu saja berbau busuk, kotor, menjijikkan, banyak serangga dan tikus, dan Anda bisa bayangkan sendiri seterusnya.

Nah, semua hal itu tentu membuat rumah itu menjadi tidak indah, nyaman dan harum lagi sehingga penghuni dan pemilik rumah tidak betah bahkan tidak mau untuk tinggal di rumah itu, begitu pun juga dengan Pikiran kita ketika banyak Sampah Pikiran maka hidup kita tidak akan tenang, nyaman, bahagia dan akhirnya datanglah sakit menghinggapi kita karena sampah adalah sesuatu yang seharusnya dibersihkan dan dibuang.

Jadi apa pula itu Sampah Pikiran?
Sampah Pikiran adalah sesuatu yang berasal dari kejadian yang kita alami setiap harinya, yang seharusnya tidak perlu dipikirkan lagi lebih lanjut, namun masih terus kita simpan bahkan masih kita respon terus berulang-ulang secara negatif. Akibatnya membuat reaksi emosi negatif, yang pada akhirnya berpengaruh pada kesehatan Mental dan Fisik kita.

Sebagai contoh misalnya:

Kemarahan, pemicu awalnya hanya karena hal yang sangat sepele dan remeh, tetapi hal sepele tadi terus diingat dan disimpan di pikiran kita, lalu direspon negatif maka muncullah kemarahan pada orang lain yang justru merusak diri sendiri.
Kebencian, mungkin awalnya hanya sekedar rasa tidak suka saja, tetapi karena disimpan terus di pikiran kita, direspon negatif terus reaksinya, maka timbullah kebencian pada orang lain.

Kecemasan, ketakutan, sakit hati, iri, dengki, dendam awalnya berasal dari kejadian sehari-hari yang direspon berlebihan secara negatif secara terus menerus dan dipupuk, yang pada akhirnya menjadi sampah-sampah pikiran.
Ketika kita bergosip, menceritakan keburukan orang lain, menghujat orang lain, memberi informasi hoax, membanding-bandingkan kehidupan kita dengan kehidupan orang lain, membandingkan penghasilan kita dengan penghasilan orang lain, dan lain sebagainya.
Itulah sebagian contoh aktivitas yang akan “MEMUPUK” tumbuhnya embrio Sampah Pikiran.

Kebiasaan merespon sesuatu secara reaktif yang seharusnya ditanggapi wajar-wajar saja, itu juga salah satu pemicu menumpuknya sampah-sampah pikiran. Ada kata-kata kurang enak, direspon, ada teman senyumnya kurang pas, juga langsung direspon negatif. 
Ada orang matanya melotot ke kita pun, direspon pula, dan seterusnya.

Sebenarnya wajar dan tidak salah ketika kita merespon semua itu karena memang dalam hidup ini, pasti kita mengalami banyak kejadian yang mau tidak mau, akan membuat kita merespon sesuatu.
Lalu, apa pula yang harus kita lakukan?
Silahkan merespon tetapi yang terpenting adalah cara dan arah respon kita terhadap sesuatu. Kemampuan kita dalam memberi arti dan memaknai setiap kejadian yang kita alami dalam hidup ini akan menentukan pula cara dan arah respon kita.
Ya sudah, itu aja dulu…

Salam Harmoni Selaras Lahir Batin,
Salam Mantap Jiwa Bebas Merdeka 💪

Muh. Harun, M.Pd, C.Ht, CI
Dosen Hipnosis – Hipnoterapis – Founder Halaqah Institute

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

× KLIK DISINI - WA KAMI...